Laman

Senin, 02 September 2019

Forest Talk Netizen Jambi


  Sabtu, 31 Agustus 2019

 Actually, blog Saya belum pernah posting review materi apapun sebelumnya. Lebih sering tulisan untuk dinikmati sendiri sebagai reminder.  Menulis juga merupakan leisure  acts yang oke biar waktunya lebih bermanfaat. 

Awalnya Saya tidak menyangka bisa masuk sebagai daftar peserta Forest Talk with Netizen.  Saat dapat konfirm email puji syukur atas kesempatan yang diberi. Profesi  sebagai guru  di Sekolah Alam Al Fath Jambi membuka ruang seluas-luasnya bagi fasilitator untuk belajar. Terlebih acara ini conneted banget dengan kondisi sekarang. Jambi darurat asap !!!

Kali ini postingan Saya sedikit berbeda lah ya, biasanya soal hati doang ;-) (maeppkennnn). Saya akan menulis kesan personal yang Saya dapatkan ikut kegaitan ini. Beruntungnya, Kota Jambi tak seberapa ramai pagi itu dan lokasi mudah dijangkau. Operasi Patuh Lodaya 2019 oleh jajaran Polantas yang membuat sedikit khawatir mengingat jalur yang akan Saya lalui termasuk titik operasi. Alhamdulillah, Hakuna matata... bisa sampai lokasi di Injury time 08.25 :-). 

Yayasan Dr. Sjahrir
 Setiap Sabtu, Saya ada agenda kumpul buat diskusi dengan teman-teman di kecamatan dengan berbagai latar profesi yang berbeda sekitar 8-10 orang jika semua hadir. Kumpul rutin ini bagai candu buat Saya, karena ada banyak topik hangat yang kita bahas. dan Saya sedang berkumpul saat dapat email sebagai peserta acara. Sehingga Saya minta izin pekan berikut untuk ikut acara forest Talk with Netizen. Salah satu teman nanya, siapa yang ngadain? LSM jawab singkat Saya (gak tau aslinya).

Dr Sjahrir adalah ekonom Indoensia di zaman orde baru. Selain itu dunia politik dan akademik juga beliau geluti. Yayasan Dr.Sjahrir didirikan untuk mengingat dedikasi beliau. Yayasan ini konsen terhadap pendidikan, kesehatan dan lingkungan (bisa baca di wikipedia).

Perubahan Iklim 
Climate exchange menjadi issue global saat ini. Terlebih Indonesia sebagai negara yang katanya paru-paru dunia. Tentu acara ini menjadi trending topic yang tak pernah habis dibahas. Paparan   Bu Amanda Katili Niode  membuka mind set Saya tentang perubahan iklim selama ini. Sebagai warga Jambi, tahun 2015 Saya merasakan sendiri bagaimana berbulan-bulan menghirup udara kotor. berhari-hari sekolah diliburkan. Setiap malam mantengin grup whatsapp, menanti info dari pemerintah tentang ISPU dan sekolah yang dioffkan.  

Dari mana emisi berasal ? 
Dari paparan Bu Amanda Saya tertarik dengan topik ini. Di negara berkembang ternyata menyumbang CO2 di atmosfer hingga 61,6%. Pantastis bukan...? dan Indonesia salah satu suplaier GRK (gas rumah kaca) ini dengan seringnya karhutla di musim kemarau. Syeddddih ya....katanya paru dunia.. ;-(. 
Dari banyak paparan pemateri, kesimpulan yang bisa diambil, hampir seluruh kerugian akibat perubahan iklim sumbernya adalah aktifitas manusia. Kerugian pangan, bencana air, masalah kesehatan dan infrastruktur disebabkan aktifitas manusia yang merusak alam.  Tindakan preventif  yang dapat dilakukan adalah upaya untuk mnegurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (mitigasi). 

Pemateri kedua, Ibu Murni Titi Resdiana , tentang  Pohon dan Ekonomi Kreatif.  Menarik sekali saat materi ini dipaparkan. Bu Titi yang cerdas menjelaskannya dengan lugas. Dukungan terhadap produksi hasil hutan non kayu solusi dari perubahan iklim akibat dari kebakaran hutan lahan.

Saya jadi merefleksi diri, begitu dekat peran Saya sebagai pendidik terhadap maslah perubahan iklim ini. Lantas, mengapa belum banyak yang Saya lakukan sampai saat ini? bukankah Saya ingi di bumi lebih lama, masih ingin bumi ini tetap "hidup".... ahhhh langkah ini harus segera dimulai.

Dedikasi awal ini semoga bermanfaat. Selamat menulis......


Forest Talk with Bloggershttps://biruasaku.blogspot.com/2019/09/forest-talk-netizen-jambi.html

Tidak ada komentar: