Laman

Kamis, 10 September 2015

Negeri di Atas Awan

Jum'at berkah...

Pagi selalu datang dengan ke-optimisnya. Ia menyapa dalam sunyi setiap jiwa yang menyambutnya dengan syukur. Menyapanya dengan dzikir pagi dilanjutkan dengan tilawah. Jalan raya sudah ramai dilalui kendaraan yang lalu lalang karena tuannya diburu waktu absen kantor, warung-warung sarapan pagi tak luput pun dari keramaian bagi mereka yang mengisi energi untuk menjalani hari. Begitulah pagi, ia selalu memberi semangat bagi siapa pun yang ada di bumi.

Baru saja kubuka whatsapp pemberitahuan dari kepala sekolah bahwa guru hari diliburkan karena kabut asap yang semakin pekat, 2 pekan terakhir siswa diliburkan, bandara lumpuh  total, belum lagi rumah sakit yang ramai oleh penderita ISPA.Tahun ini, bencana kabut yang terparah selama yag kuketahui. Setiap tahun memang selalu ada, namun kali ini paling lama. Matahari seperti rembulan di siang hari, merah dan kecil. Robbirfighlana,.........

Semua merindukan hujan,....
Negeri di atas awan... begitulah kumenyebutnya. Karena yang tampak tak lagi langit yang biru  tapi putih, membuat mata perih, batuk dan udaranya berbau asap. Seperti di negeri awan, namun tak ber-peri awan.



Tidak ada komentar: